Khalid Adam
21040112130059Proyek pengolahan air bersih dengan teknologi ultrafiltrasi yang dicanangkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya, diminta tetap memperhatikan dampak lingkungan dari pekerjaan tersebut. Sebab, dari proyek tersebut akan menyisakan limbah yang dikhawatirkan justru akan mengotori lingkungan. Kepala Bidang Penegakan Hukum Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Ridwan Panjaitan mengatakan, pengelolaan limbah proyek, menjadi hal yang harus diperhatikan. Sumber air yang digunakan pada proyek tersebut adalah air kotor yang diambil dari empat sumber yakni Kanal Banjir Barat (KBB), Cengkareng Drain, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan. “Air kotor diolah agar menjadi air bersih, tentu akan menyisakan limbah. Air yang diambil dari sungai akan menghasilkan banyak lumpur. Kita akan pertanyakan, lumpurnya akan digunakan untuk apa? Kalau tidak bisa dimanfaatkan, akan dibuang ke mana? Apakah akan dibuang ke sungai lagi? Percuma dong kalau seperti itu,” kata Ridwan, Senin (10/9). Menurutnya, analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek itu baru dibahas satu kali. Hasilnya telah diserahkan konsultan PDAM Jaya. Dari pembahasan tersebut muncul banyak masukan dan beberapa perbaikan yang harus dilakukan PDAM Jaya. Namun, hasil perbaikan tersebut belum diserahkan ke BPLHD hingga saat ini. “Pembahasan Amdal proyek ultrafiltrasi ini sudah dilakukan sekitar satu bulan lalu. Seharusnya proses perbaikan Amdal sudah diserahkan sejak dua pekan lalu sesuai janji mereka. Sebab, pembahasan Amdal membutuhkan waktu 6 bulan. Kalau belum diserahkan, kita tidak tahu kapan Amdal akan diterbitkan. Semua tergantung konsultan PDAM Jaya,” jelasnya. Dalam Amdal, kata Ridwan, PDAM Jaya belum menyertakan tempat pembuangan lumpur untuk menampung lumpur dari air sungai yang diproses menjadi air baku. Diharapkan lumpur sisa limbah proyek dimanfaatkan untuk hal yang berguna. Selain itu, harus diperhatikan juga kandungan bahan kimia dalam limbah. Saat ini, pembangunan instalasi ultrafiltrasi tersebut telah mengantongi Surat Izin Penggunaan Air (SIPA) dari Kementerian Pekerjaan Umum. Bila Amdal dari BPLHD sudah dikeluarkan, lelang investasi proyek itu akan dilakukan pada tahun ini juga. Direktur Utama PDAM Jaya, Sri Widayanto Kaderi mengatakan, Pemprov DKI menginginkan kebutuhan air bersih tetap berjalan dengan lancar meski saat musim kemarau terjadi cukup panjang. Agar hal itu terwujud, harus dibangun tempat pengolahan air bersih tersendiri sehingga tidak lagi menggantungkan kebutuhan air baku hanya pada waduk Jatiluhur saja. “Instalasi pengolahan air bersih teknik ultrafiltrasi ini akan mengolah air kali menjadi air bersih yang dibutuhkan warga Jakarta. kami sedang memprogramkan teknik membran ultrafiltrasi di Jembatan besi,” kata Sri. Ia mengaku SIPA yang tak kunjung dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, akhirnya sudah dikeluarkan, sehingga pembahasan Amdal bisa dilakukan. Dikatakan Sri, pekan ini seharusnya Amdal sudah bisa dikeluarkan oleh BPLHD, sebab perbaikan sudah dilakukan dua pekan lalu. “Kita sudah melaksanakan sidang dengan komisi Amdal. Perbaikan sudah dilakukan, tinggal menunggu koreksi kembali untuk Amdalnya. Mudah-mudahan tidak ada koreksi lagi. Kalau Amdal sudah keluar, tender bisa dilakukan tahun ini dengan total investasi sebesar Rp 150 miliar," tandasnya. Sumber http://www.beritajakarta.com/beta/home/read/51256/Pengolahan-Air-Bersih-Agar-Memperhatikan-Lingkungan Critical Review Sebenarnya, untuk mendapatkan air bersih yang berlimpah, baik saat musim hujan maupun pada saat musim kemarau, dapat di raih dari air sungai, namun hampir seluruh sungai di kota Jakarta sangat kotor dan banyak mengandung limbah, kenapa air di sungai bisa kotor atau tidak jernih?, hal ini di sebabkan oleh warga Jakarta sendiri membuang sampah ke sungai sehingga menyebabkan air tersebut menjadi kotor dan berlimbah, dan menyebabkan banjir dengan air yang kotor saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau. Hal ini dapat di atasi pemerintah dengan menyediakan tempat sampah yang lebih banyak dan mengajak warga Jakarta sendiri untuk menjaga kebersihan lingkungan, dan juga menyediakan tempat pembuangan akhir yang di fasilitasi dengan pengolahannya, sehingga sampah tidak menumpuk, dan menyebabkan penyakit baru berdatangan. Masalah seperti sungai kotor ini sebaiknya dibersihkan secara manual, bukan dengan cara menambahkan zat-zat kimia yang hanya akan menimbulkan limbah baru. Membersihkan secara manual, dengan cara turun langsung ke sungai, bisa dengan meminta dukungan atau bantuan langsung oleh warga sekitar yang di sponsori oleh perusahaan-perusahaan, baik BMUN maupun BUMS, atau mengajak para investor untuk berinvestai merawat sungai dengan timbal balik mereka mendapat keuntungan dengan cara menjadikan sungai sebagai sarana jalan tranportasi, tempat bermain, atau bahkan menjadi tempat makan yang romantis sehingga mendatangkan banyak pengungjung dan menghasilkan keuntungan secara ekonomi baik bagi masyarakat sekitar, investor, maupun pemerintah.
No comments:
Post a Comment