Saturday, September 15, 2012

Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir Meluas


OCTASYA Y.D

2104011210120

 

“Semarang, Kompas - Derasnya alih fungsi lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan banjir kiriman mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti Mangkang dan Tugu. Kendati demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan alih fungsi lahan resapan air menjadi kawasan permukiman baru.

”Kondisi tersebut dikhawatirkan makin memperluas daerah yang terkena banjir,” kata anggota DPRD Kota Semarang, Wachid N, Senin (14/5), dalam diskusi Menepis Bencana Banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah.”

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2012/05/15/03373035/Alih.Fungsi.Lahan.Penyebab.Banjir.Meluas

Alih fungsi lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan banjir kiriman mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti Mangkang dan Tugu. Kendati demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan alih fungsi lahan resapan air menjadi kawasan permukiman baru.

Selama ini Pemkot Semarang belum memiliki masterplan (rencana induk) saluran air pengendali banjir. Tanpa masterplan, penanganan banjir tetap bersifat sporadis. Hasilnya tidak maksimal karena banjir bukan tertangani, tapi malah meluas.

Banjir kiriman akibat alih fungsi lahan menyebabkan genangan baru di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Di daerah ini sebanyak 1.583 keluarga kerap kebanjiran.

Diduga salah satu penyebab terjadinya banjir diakibatkan karena banyak lahan resapan air dan kawasan penghijauan didaerah hulu menjadi pemukiman warga. Sehingga daerah tersebut dalam waktu sepuluh tahun kedepan, banjir semakin meluas.

Pemkot memperoleh bantuan pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk Jatibarang, normalisasi Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat senilai Rp 1,7 triliun. Proyek tersebut bagian dari upaya pengendalian banjir untuk kawasan Semarang Utara. Jika proyek ini rampung 2013, daerah tengah di bagian hilir yang selama ini kebanjiran dapat berkurang. Sedikitnya 100.000 keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman.

Jadi, seharusnya pemerintah kota segera menyelesaikan rancangan masterplan drainase supaya pemanfaatan anggaran lebih efisien dan tepat sasaran. Dan juga, pemerintahan kota harus segera menghentikan alih fungsi lahan tersebut agar banjir di taun-taun brikutnya juga tidak meluas.

Kebanjiran juga dipicu dengan adanya pemukiman yang semakin banyak tetapi lahan untuk penyerapan air dan penghijaun semakin menipis. Seharusnya kita membuat semua penataan dikota ini seimbang. Banyak pemukiman penduduk karena semakin bertambahnya penduduk tetapi juga semakin bertambahnya ruang penghijaun. Jika tidak begitu bumi kita lama kelamaan akan semakin rusak dan lapisan ozon semakin menipis, mungkin suatu wilayah akan tenggelam karena banjir yang diterimanya itu dikarenakan lahan hijau yang semakin menipis.

Lalu, mengatasi banjir akibat rob, sejumlah polder sudah disiapkan. Selain polder, Semarang juga memerlukan 30 embung di daerah hulu dan pemkot memperoleh bantuan pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk Jatibarang, normalisasi Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat senilai Rp 1,7 triliun. Jika semua itu sudah terleasasikan dengan baik makan tahun 2013 banjir akan berkurang dan sedikitnya 100.000 keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman tersebut.

Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki dan menjaga apa yang sudah dijaga dengan baik oleh generasi sebelum-sebelumnya. Tidak hanya suatu Badan yang mengurus tentang permasalahan di kota. Tetapi, Badan-Banda tersebut juga butuh bantuan dari semua orang agar semua permasalahan di kota dapat hilang seiring dengan berjalannya waktu. Semoga juga dimasa mendatang sudah tidak ada permasalahan-permasalahan rumit di kota dan penduduk hidup sejahtera.




No comments:

Post a Comment