Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir Meluas
OCTASYA Y.D
2104011210120
“Semarang, Kompas -
Derasnya alih fungsi lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah,
menyebabkan banjir kiriman mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti
Mangkang dan Tugu. Kendati demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan
alih fungsi lahan resapan air menjadi kawasan permukiman baru.
”Kondisi tersebut
dikhawatirkan makin memperluas daerah yang terkena banjir,” kata anggota DPRD
Kota Semarang, Wachid N, Senin (14/5), dalam diskusi Menepis Bencana Banjir di
Kota Semarang, Jawa Tengah.”
Alih fungsi
lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan banjir kiriman
mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti Mangkang dan Tugu. Kendati
demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan alih fungsi lahan resapan
air menjadi kawasan permukiman baru.
Selama ini
Pemkot Semarang belum memiliki masterplan (rencana induk) saluran air
pengendali banjir. Tanpa masterplan, penanganan banjir tetap bersifat sporadis.
Hasilnya tidak maksimal karena banjir bukan tertangani, tapi malah meluas.
Banjir kiriman akibat
alih fungsi lahan menyebabkan genangan baru di tiga kelurahan, yakni Kelurahan
Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Di daerah ini
sebanyak 1.583 keluarga kerap kebanjiran.
Diduga salah
satu penyebab terjadinya banjir diakibatkan karena banyak lahan resapan air dan
kawasan penghijauan didaerah hulu menjadi pemukiman warga. Sehingga daerah
tersebut dalam waktu sepuluh tahun kedepan, banjir semakin meluas.
Pemkot
memperoleh bantuan pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk
Jatibarang, normalisasi Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat
senilai Rp 1,7 triliun. Proyek tersebut bagian dari upaya pengendalian banjir
untuk kawasan Semarang Utara. Jika proyek ini rampung 2013, daerah tengah di
bagian hilir yang selama ini kebanjiran dapat berkurang. Sedikitnya 100.000
keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman.
Jadi,
seharusnya pemerintah kota segera menyelesaikan rancangan masterplan drainase
supaya pemanfaatan anggaran lebih efisien dan tepat sasaran. Dan juga, pemerintahan
kota harus segera menghentikan alih fungsi lahan tersebut agar banjir di
taun-taun brikutnya juga tidak meluas.
Kebanjiran juga
dipicu dengan adanya pemukiman yang semakin banyak tetapi lahan untuk
penyerapan air dan penghijaun semakin menipis. Seharusnya kita membuat semua
penataan dikota ini seimbang. Banyak pemukiman penduduk karena semakin
bertambahnya penduduk tetapi juga semakin bertambahnya ruang penghijaun. Jika
tidak begitu bumi kita lama kelamaan akan semakin rusak dan lapisan ozon semakin
menipis, mungkin suatu wilayah akan tenggelam karena banjir yang diterimanya
itu dikarenakan lahan hijau yang semakin menipis.
Lalu, mengatasi
banjir akibat rob, sejumlah polder sudah disiapkan. Selain polder, Semarang
juga memerlukan 30 embung di daerah hulu dan pemkot memperoleh bantuan
pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk Jatibarang, normalisasi
Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat senilai Rp 1,7 triliun.
Jika semua itu sudah terleasasikan dengan baik makan tahun 2013 banjir akan
berkurang dan sedikitnya 100.000 keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman
tersebut.
Kita sebagai
generasi penerus bangsa harus memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki dan
menjaga apa yang sudah dijaga dengan baik oleh generasi sebelum-sebelumnya. Tidak
hanya suatu Badan yang mengurus tentang permasalahan di kota. Tetapi,
Badan-Banda tersebut juga butuh bantuan dari semua orang agar semua
permasalahan di kota dapat hilang seiring dengan berjalannya waktu. Semoga juga
dimasa mendatang sudah tidak ada permasalahan-permasalahan rumit di kota dan
penduduk hidup sejahtera.
No comments:
Post a Comment