Saturday, September 22, 2012

civitas spacelab


video civitas spacelab

Nama    : Lidia Simanjuntak
Kel         : 18
Nim        : 21040112130023
REVIEW “JALAN DI LEUWIDAMAR AMBLES DAN LONGSOR”
Menurut saya longsor, banjir dan kerusakan – kerusakan lain bukan merupakan hal yang baru bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari salah satu kejadian di kecamatan Leuwidamar. Ruas jalan yang menjadi penghubung kecamatan di Lebak ambles dan longsor. Kejadian tersebut sudah sering terjadi tiga tahun belakangan ini di daerah tersebut, tetapi tetap saja belum mendapat perbaikan yang intensif. Tentunya kejadian ini, sangat disayangkan masyarakat karena sebagian besar kegiatan masyrakat harus melewati ruas jalan tersebut. Kejadian – kejadian seperti ini sudah sering saya amati terjadi di Indonesia. Bahkan, anak – anak sekolah harus melewati jembatan layang yang cukup curam yang tentunya membahayakan nyawa mereka karena jalan tidak diperbaiki.
Menurut penglihatan saya atas artikel ini yang menjadi salah satu penyebab utama dari tidak diperbaikinya jalan tersebut adalah karena masalah anggaran. Pemerintah daerah maupun pusat sibuk memperdebatkan masalah anggaran dan mengesampingkan keresahan rakyat yang sangat menanti – nantikan perbaikan jalan agar mereka dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasanya. Jika ditelaah dengan seksama, sebenarnya jalan tersebut bisa saja diperbaiki dengan anggaran yang minimal jika pemerintah langsung mengambil tindakan secara langsung menutupi kerusakan jalan yang dimulai dari kerusakan yang kecil. Tetapi, jika keadaanya sudah seperti jalan di Leuwidamar ini, maka sudah pasti anggaran yang dibutuhkan semakin membludak. Selain masalah anggaran, disini juga terlihat faktor lain dari amblesnya jalan di Leuwidamar ini adalah karena struktur jalan yang sudah rentan. Mungkin saja kerentanan jalan tersebut karena pembangunannya yang tidak secara maksimal sehingga menyebabkan jalan tersebut mudah longsor. Faktor – faktor angkutan yang melewati jalan tersebut juga dapat menjadi pemicu semakin rentannya jalan tersebut, apalagi truk – truk pengangkut barang. Keprihatinan pemerintah dan pemimpin – pemimpin daerah sangat dibutuhkan dalam hal – hal seperti ini . Karena, mungkin saja awal amblesnya jalan tersebut karena lubang kecil saja, namun karena dibiarkan begitu saja maka timbullah lubang yang semakin besar dan lama kelamaan akan menyebabkan longsor. Sama seperti ungkapan yang mengatakan bahwa “Kegagalan itu muncul bukan karena batu yang besar, melainkan karena kerikil yang kecil”. Inilah yang selalu saja dihadapi di negara kita ini. Negara ini, terlalu sering mengesampingkan perkara – perkara kecil. Padahal tanpa disadari perkara kecil tersebutlah nantinya yang akan menjadi perkara besar yang tidak dapat dikendalikan dan akhirnya memberi dampak kepada kelangsungan kehidupan masyarakat.
Sejauh saya mengamati keadaan di sekitar saya, tindak lanjut dari pemerintah selalu terkesan lambat terhadap masalah – masalah yang terjadi. Padahal masyarakat pada umumnya selalu berusaha memberikan kontribusinya untuk membantu pembaharuan. Hal itu dapat terlihat dari tindakan masyarakat di sekitar daerah Leuwidamar ini menyumbangkan tenaganya dengan cara berjaga – jaga di sekitar daerah longsor untuk menghindari kecelakaan seperti terjerumus ke dalam jurang longsoran apalagi di bawah jalan tersebut terdapat sungai Cisimeut.  Masyarakat juga membuat tanda – tanda agar masyarakat yang melintas tahu bahwa daerah tersebut rawan kecelakaan. Masyarakat melakukan hal yang seperti dengan tujuan agar pemerintah daerah  segera mengirimkan alat untuk memperbaiki jalan tersebut namun alhasil tidak ada alat berat ataupun pekerja yang dikirimkan kesana.  Kekecewaan tentu muncul dari masyarakat karena pemerintah tidak menanggapi keadaan bahkan simbol – simbol yang telah mereka buat.
Di atas segalanya itu, sebenarnya ada satu hal yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan infrastruktur yang baik. Sebuah perencanaan yang matang tentunya dibutuhkan setiap wilayah agar wilayah tersebut terbentuk dengan baik. Dengan perencanaan juga tentunya akan tercipta suatu konsep pembangunan, sehingga konsep tersebut dapat meningkatkan kualitas tata ruang. Disinilah dibutuhkan planner – planner yang dapat menata ruang kehidupan sehingga terkontrol dengan baik. Planner juga dibutuhkan di dalam hal perbaikan jalan di Leuwidamar tersebut. Karena, dengan perencanaan pembangunan yang terarah mungkin bisa membuat jalan tersebut lebih kokoh dan tidak rentan. Tentunya perjalanan planner tersebut juga harus didukung dari berbagai aspek pendidikan, agar tercipta kerjasama menghasilkan tata ruang yang lebih berkualitas.
  SUMBER           : KOMPAS, KAMIS, 01 MARET 2012


Saturday, September 15, 2012

Krisis Air di Kota


Dapot Andri A.
21040112140025
Menurut saya sendiri artikel ini sangat bagus dimana artikel ini sendiri membahasa mengenai krisis air yang terjadi di kota. Selain daripada itu sang penulis juga menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi di negaranya yaitu Jepang dimana banyak sekali yang mereka lakukan mulai dari penampungan air di atap rumah bahkan sampai atap di gedung-gedung pemerintahan. Selain daripada itu juga kita harus mengerti mengenai keperluan air bersih di kota. Dengan mengetahui keperluan air bersih di kota maka masalah ini tidak akan terjadi. Kita juga harus dapat membagi kerperluan air yang kita konsumsi, Di Indonesia sedang melakukan perbaikan dan pembenahan mengenai air bersih. Di Indonesia sendiri telah dibuat beberapa solusi salah satunya sumur resapan. Tapi kekhawatiran atas sumur resapan sendiri ada dimana dikhawatirkan pH yang ada merupakan asam karena aktivitas pabrik di kota. Selain daripada itu artikel ini sangat membantu untuk menyelesaikan masalah krissi air di kota. Saya sendiri merasa tertarik untuk menyelesaikannya. Sumber: Lubis, Rachmat Fajar. www.geotek.lipi.go.id?p=652 2009

Perencanaan Kota Semakin Tambal Sulam

Rike Selfiana 21040112060028

Bencana Longsor Akan Ancam Ambon


Mila Wijayanti
AMBON--MICOM: Ancaman longsor di Kota Ambon sangat nyata. Selama periode 1 Januari hingga 4 Agustus 2012 jumlah korban meninggal akibat bencana di Maluku 110 orang. DR Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mencatat 33 orang meninggal akibat banjir dan longsor. Tiga orang akibat puting beliung, 69 orang akibat kecelakaan laut dan 5 orang kena demam berdarah. Dari 33 orang meninggal karena longsor dan banjir tersebut, di antaranya longsor pada 19 Juni 2012 di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon yang menyebabkan 11 orang meninggal, dan banjir dan longsor pada 1 Agustus 2012 dengan korban 10 orang meninggal. Topografi dan geomorfologi Kota Ambon merupakan bagian kepulauan Maluku dari pulau-pulau busur vulkanis. Sebagian besar berbukit dan berlereng terjal. Sebanyak 73% luas wilayah berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% wilayah daratan yang datar/landai dengan kemiringan kurang dari 20%. Masyarakat memilih hunian pada daerah lereng/perbukitan karena daerah datar sudah terbatas dan mahal. Berkembangnya permukiman di kota juga dipengaruhi bertambahnya pendatang baru dari masyarakat dari kabupaten/kota lain di wilayah Maluku yang menetap di kota ini karena terkait dengan pendidikan, ekonomi dan lainnya. (sumber : Media Indonesia ) Critical review : Menurut saya Pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan ketersediaan lahan yang murah, masyarakat cenderung membangun ke arah perbukitan yang rawan longsor. ditambah lagi dengan banyaknya gempa bumi di sekitar Maluku menyebabkan konsolidasi struktur tanah melemah. Juga intensitas hujan di Maluku yang terus meningkat. Maka longsor akan mudah terjadi. menurut saya harusnya pemda menjadikan penanggulangan bencana menjadi salah satu prioritas pembangunan. Karena pembangunan harus memperhatikan bagaimana keadaan lingkungan sekitar dan ekonomi serta kebudayaan masyarakatnya sangat menentukan terbentuknya suatu kota dengan tatanan yang teratur,rapi dan nyaman. Dari sektor ekonomi harusnya pemerintah meingkatkan anggaran untuk penanggulangan bencana di daerah. Sebab masih terbatas. Tahun 2012 dana untuk penanggulangan bencana di BPBD hanya Rp662 juta dari total APBD Maluku yang Rp1,1 triliun atau hanya 0,06 %. Sementara dari segi geografis daerah rawan bencana di Maluku adalah Sebanyak 73% luas wilayah berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% wilayah daratan yang datar/landai dengan kemiringan kurang dari 20%. Untuk itu pemerintah harus memikirkan bagaimana planning kedepan agar daerah di Maluku bisa terbangun dengan baik meski didaerah perbukitan dan meminimalkan resiko bencana,sehingga dana dari pemerintah tentang bencana dapat digunakan secara maksimal.

Pengelolaan Air Bersih Agar Memperhatikan Lingkungan

Khalid Adam 

21040112130059
Proyek pengolahan air bersih dengan teknologi ultrafiltrasi yang dicanangkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya, diminta tetap memperhatikan dampak lingkungan dari pekerjaan tersebut. Sebab, dari proyek tersebut akan menyisakan limbah yang dikhawatirkan justru akan mengotori lingkungan. Kepala Bidang Penegakan Hukum Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Ridwan Panjaitan mengatakan, pengelolaan limbah proyek, menjadi hal yang harus diperhatikan. Sumber air yang digunakan pada proyek tersebut adalah air kotor yang diambil dari empat sumber yakni Kanal Banjir Barat (KBB), Cengkareng Drain, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan. “Air kotor diolah agar menjadi air bersih, tentu akan menyisakan limbah. Air yang diambil dari sungai akan menghasilkan banyak lumpur. Kita akan pertanyakan, lumpurnya akan digunakan untuk apa? Kalau tidak bisa dimanfaatkan, akan dibuang ke mana? Apakah akan dibuang ke sungai lagi? Percuma dong kalau seperti itu,” kata Ridwan, Senin (10/9). Menurutnya, analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek itu baru dibahas satu kali. Hasilnya telah diserahkan konsultan PDAM Jaya. Dari pembahasan tersebut muncul banyak masukan dan beberapa perbaikan yang harus dilakukan PDAM Jaya. Namun, hasil perbaikan tersebut belum diserahkan ke BPLHD hingga saat ini. “Pembahasan Amdal proyek ultrafiltrasi ini sudah dilakukan sekitar satu bulan lalu. Seharusnya proses perbaikan Amdal sudah diserahkan sejak dua pekan lalu sesuai janji mereka. Sebab, pembahasan Amdal membutuhkan waktu 6 bulan. Kalau belum diserahkan, kita tidak tahu kapan Amdal akan diterbitkan. Semua tergantung konsultan PDAM Jaya,” jelasnya. Dalam Amdal, kata Ridwan, PDAM Jaya belum menyertakan tempat pembuangan lumpur untuk menampung lumpur dari air sungai yang diproses menjadi air baku. Diharapkan lumpur sisa limbah proyek dimanfaatkan untuk hal yang berguna. Selain itu, harus diperhatikan juga kandungan bahan kimia dalam limbah. Saat ini, pembangunan instalasi ultrafiltrasi tersebut telah mengantongi Surat Izin Penggunaan Air (SIPA) dari Kementerian Pekerjaan Umum. Bila Amdal dari BPLHD sudah dikeluarkan, lelang investasi proyek itu akan dilakukan pada tahun ini juga. Direktur Utama PDAM Jaya, Sri Widayanto Kaderi mengatakan, Pemprov DKI menginginkan kebutuhan air bersih tetap berjalan dengan lancar meski saat musim kemarau terjadi cukup panjang. Agar hal itu terwujud, harus dibangun tempat pengolahan air bersih tersendiri sehingga tidak lagi menggantungkan kebutuhan air baku hanya pada waduk Jatiluhur saja. “Instalasi pengolahan air bersih teknik ultrafiltrasi ini akan mengolah air kali menjadi air bersih yang dibutuhkan warga Jakarta. kami sedang memprogramkan teknik membran ultrafiltrasi di Jembatan besi,” kata Sri. Ia mengaku SIPA yang tak kunjung dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, akhirnya sudah dikeluarkan, sehingga pembahasan Amdal bisa dilakukan. Dikatakan Sri, pekan ini seharusnya Amdal sudah bisa dikeluarkan oleh BPLHD, sebab perbaikan sudah dilakukan dua pekan lalu. “Kita sudah melaksanakan sidang dengan komisi Amdal. Perbaikan sudah dilakukan, tinggal menunggu koreksi kembali untuk Amdalnya. Mudah-mudahan tidak ada koreksi lagi. Kalau Amdal sudah keluar, tender bisa dilakukan tahun ini dengan total investasi sebesar Rp 150 miliar," tandasnya. Sumber http://www.beritajakarta.com/beta/home/read/51256/Pengolahan-Air-Bersih-Agar-Memperhatikan-Lingkungan Critical Review Sebenarnya, untuk mendapatkan air bersih yang berlimpah, baik saat musim hujan maupun pada saat musim kemarau, dapat di raih dari air sungai, namun hampir seluruh sungai di kota Jakarta sangat kotor dan banyak mengandung limbah, kenapa air di sungai bisa kotor atau tidak jernih?, hal ini di sebabkan oleh warga Jakarta sendiri membuang sampah ke sungai sehingga menyebabkan air tersebut menjadi kotor dan berlimbah, dan menyebabkan banjir dengan air yang kotor saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau. Hal ini dapat di atasi pemerintah dengan menyediakan tempat sampah yang lebih banyak dan mengajak warga Jakarta sendiri untuk menjaga kebersihan lingkungan, dan juga menyediakan tempat pembuangan akhir yang di fasilitasi dengan pengolahannya, sehingga sampah tidak menumpuk, dan menyebabkan penyakit baru berdatangan. Masalah seperti sungai kotor ini sebaiknya dibersihkan secara manual, bukan dengan cara menambahkan zat-zat kimia yang hanya akan menimbulkan limbah baru. Membersihkan secara manual, dengan cara turun langsung ke sungai, bisa dengan meminta dukungan atau bantuan langsung oleh warga sekitar yang di sponsori oleh perusahaan-perusahaan, baik BMUN maupun BUMS, atau mengajak para investor untuk berinvestai merawat sungai dengan timbal balik mereka mendapat keuntungan dengan cara menjadikan sungai sebagai sarana jalan tranportasi, tempat bermain, atau bahkan menjadi tempat makan yang romantis sehingga mendatangkan banyak pengungjung dan menghasilkan keuntungan secara ekonomi baik bagi masyarakat sekitar, investor, maupun pemerintah.

Purwokerto Menuju Kota Hijau

Tanaya Pinasthika
21040112130043

Berdasarkan artikel yang dimuat di Koran Harian Suara Merdeka tanggal 12 Agustus 2012 (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/08/12/195645/Purwokerto-Menuju-Kota-Hijau)

Dalam artikel ini penulis membahas tentang perubahan dari sisi tata kota Kota Purwokerto, yang merupakan bagian dari Kabupaten Banyumas. Salah satu yang mudah dilihat adalah penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang kini merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Kepala Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang (DCKKTR) Banyumas, pihaknya akan terus berupaya memperluas RTH, yang awalnya hanya sekitar 9 % dari total luas wilayah perkotaan. Beberapa contohnya adalah program revitalisasi alun-alun, kemudian menginspirasi revitalisasi eks terminal lama. Pemkab Banyumas memutuskan lahan seluas 1,8 hektare itu disulap menjadi RTH. Hasilnya, tahun 2011 muncullah Taman Rekreasi Andhang Pangrenan (TRAP), yang terus tumbuh menjadi ikon baru dan pusat sosialisasi masyarakat Banyumas. Kepala DCKKTR Banyumas Andrie Soebandriyo menyebutkan, Banyumas kembali menambah dua RTH yang siap diresmikan 2013. Dalam artikel ini, penulis telah memaparkan penjelasan dengan cukup baik. Namun akan lebih baik supaya penulis menambahkan pengertian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau). Sehingga jika pembaca membaca bagian introduksi maka pembaca akan lebih mendapatkan gambaran mengenai tulisan tersebut. Secara keseluruhan, dapat diambil beberapa simpulan dari artikel ini. Pertama, artikel ini dapat berdaya guna sebagai wawasan umum dan sasaran dari artikel ini tidak hanya untuk kelompok/ golongan tertentu, namun untuk masyarakat luas. Namun secara keseluruhan cara penyajian dan pembahasan dari artikel ini cukup bagus dan menarik.

Perbaikan Jalan Yang Kurang Optimal

FENDY ARDIANI PRADHANA
 21040112140033

Kabupaten Grobogan dengan ibukotanya di Kota Purwodadi dapat dikatakan terletak pada posisi silang, karena dilalui jalur jalan Semarang-Purwodadi-Blora, Solo-Purwodai-Blora, Solo-Purwodadi-Pati, Solo-Purwodai-Kudus, serta jalan-jalan lain yang menghubungkan Kabupaten Sragen, Boyolali, Salatiga, dan Demak. Melihat posisi strategis tersebut, perlu didukung dengan infrastuktur yang memadai, salah satu infrastuktur yang penting adalah infrastruktur jalan. Jaringan jalan sebagai salah satu prasarana infrastruktur merupakan komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui, jaringan jalan di Kabupaten Grobogan kondisi fisik struktural maupun fungsional jalan masih belum mantap dalam mengakomodasi pergerakan orang dan barang. Permasalahan teknis, alam, maupun terbatasnya anggaran merupakan factor-faktor yang menjadi hambatan dalam peningkatan kualitas jalan yang lebih baik. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Grobogan menitikberatkan anggaran infrastruktur pada tahun 2012 untuk peningkatan kondisi jalan. Terdapat 247 (dua ratus empat puluh tujuh) Paket pekerjaan peningkatan jalan dan jembatan dan pemeliharaan rutin jalan/jembatan pada 6 (enam) UPTD Binamarga Kabupaten Grobogan yang akan dikerjakan pada tahun 2012. Disamping itu Pemprov. Jawa Tengah dengan kewenangannya yaitu penanganan ruas jalan provinsi akan menitikberatkan perbaikan serta peningkatan jalan di wilayah timur, khususnya di Kabupaten Grobogan dan Blora sepanjang 14,1 kilometer dengan konstruksi beton bertulang. Telah dialokasikan anggaran peningkatan jalan sebesar Rp 56,4 miliar di dua wilayah yang mengalami kerusakan parah tersebut. Adapun ruas jalan yang akan diperbaiki adalah sebagai berikut : binamarga.jatengprov.go.id CRITICAL REVIEW Dengan keadaan demikian jelas bahwa pemerintah telah memiliki niatan untuk memperbaiki system sarana yaitu jalan raya dengan menggelontorkan sejumlah dana untk proyek tersebut. Namun Saya pikir pembangunan tersebut belum optimal karena realisasi dari proyek tersebut belum sepenuhnya tercapai. Semisal kita ambil contoh jalan di daerah Godong menuju arah Purwodadi masih banyak ditemui kondisi jalan yang kurang layak, seperti jalan tidak rata, kurang penerangan, bahkan terakhir kali Saya Pergi ke Purwodadi terjadi kecelakaan yaitu mobil pribadi masuk ke parit yang dari jalan kira-kira sedalam 3 meter di karenakan jalan yang bergelombang kemudian tidak ada penerangan yang memadai dan tidak terdapat pembatas jalan. Selayaknya pemerintah bekerja secara optimal dalam menuntaskan permasalahan pembangunan di Kabupaten Grobogan. Jadi solusi utama yang dapat di lakukan oleh pemerintah Kabupaten Grobogan dalam perbaikan jalan ini ialah menyiapkan berbagai ahli dalam bidang tersebut, mengoptimalkan dana yang dikelurkan dan membuat rancangan pembangunan yang setransparasi mungkin sehingga sangat kecil peluang untuk terjadinya korupsi di proyek tersebut. Kesimpulannya adalah pembangunan jalan di daerah Kabupaten Grobogan sangat di perlukan karena jalan raya merupakan akses utama dalam transportasi dan berdampak pada perkembangan segala aspek seperti ekonomi, sosial dan lingkungan.

Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir Meluas


OCTASYA Y.D

2104011210120

 

“Semarang, Kompas - Derasnya alih fungsi lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan banjir kiriman mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti Mangkang dan Tugu. Kendati demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan alih fungsi lahan resapan air menjadi kawasan permukiman baru.

”Kondisi tersebut dikhawatirkan makin memperluas daerah yang terkena banjir,” kata anggota DPRD Kota Semarang, Wachid N, Senin (14/5), dalam diskusi Menepis Bencana Banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah.”

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2012/05/15/03373035/Alih.Fungsi.Lahan.Penyebab.Banjir.Meluas

Alih fungsi lahan di kawasan hulu Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan banjir kiriman mengarah ke wilayah Semarang bagian barat seperti Mangkang dan Tugu. Kendati demikian, Pemerintah Kota Semarang gagal menghentikan alih fungsi lahan resapan air menjadi kawasan permukiman baru.

Selama ini Pemkot Semarang belum memiliki masterplan (rencana induk) saluran air pengendali banjir. Tanpa masterplan, penanganan banjir tetap bersifat sporadis. Hasilnya tidak maksimal karena banjir bukan tertangani, tapi malah meluas.

Banjir kiriman akibat alih fungsi lahan menyebabkan genangan baru di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Di daerah ini sebanyak 1.583 keluarga kerap kebanjiran.

Diduga salah satu penyebab terjadinya banjir diakibatkan karena banyak lahan resapan air dan kawasan penghijauan didaerah hulu menjadi pemukiman warga. Sehingga daerah tersebut dalam waktu sepuluh tahun kedepan, banjir semakin meluas.

Pemkot memperoleh bantuan pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk Jatibarang, normalisasi Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat senilai Rp 1,7 triliun. Proyek tersebut bagian dari upaya pengendalian banjir untuk kawasan Semarang Utara. Jika proyek ini rampung 2013, daerah tengah di bagian hilir yang selama ini kebanjiran dapat berkurang. Sedikitnya 100.000 keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman.

Jadi, seharusnya pemerintah kota segera menyelesaikan rancangan masterplan drainase supaya pemanfaatan anggaran lebih efisien dan tepat sasaran. Dan juga, pemerintahan kota harus segera menghentikan alih fungsi lahan tersebut agar banjir di taun-taun brikutnya juga tidak meluas.

Kebanjiran juga dipicu dengan adanya pemukiman yang semakin banyak tetapi lahan untuk penyerapan air dan penghijaun semakin menipis. Seharusnya kita membuat semua penataan dikota ini seimbang. Banyak pemukiman penduduk karena semakin bertambahnya penduduk tetapi juga semakin bertambahnya ruang penghijaun. Jika tidak begitu bumi kita lama kelamaan akan semakin rusak dan lapisan ozon semakin menipis, mungkin suatu wilayah akan tenggelam karena banjir yang diterimanya itu dikarenakan lahan hijau yang semakin menipis.

Lalu, mengatasi banjir akibat rob, sejumlah polder sudah disiapkan. Selain polder, Semarang juga memerlukan 30 embung di daerah hulu dan pemkot memperoleh bantuan pembiayaan dari JICA Jepang untuk membangun Waduk Jatibarang, normalisasi Kaligarang, dan pembangunan bantaran Kanal Banjir Barat senilai Rp 1,7 triliun. Jika semua itu sudah terleasasikan dengan baik makan tahun 2013 banjir akan berkurang dan sedikitnya 100.000 keluarga bisa terbebas dari banjir kiriman tersebut.

Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki dan menjaga apa yang sudah dijaga dengan baik oleh generasi sebelum-sebelumnya. Tidak hanya suatu Badan yang mengurus tentang permasalahan di kota. Tetapi, Badan-Banda tersebut juga butuh bantuan dari semua orang agar semua permasalahan di kota dapat hilang seiring dengan berjalannya waktu. Semoga juga dimasa mendatang sudah tidak ada permasalahan-permasalahan rumit di kota dan penduduk hidup sejahtera.