Saturday, November 10, 2012

foto dari kami kelompok 18 bersama kakak asuh

Foto Angkatan

Berikut merupakan foto planologi2012 pada beberapa tempat di Semarang:
 di kampus Planologi Undip


 di Widya Puraya


 di Pecinan


 di Simpang Lima


 di Tugu Muda

Saturday, September 22, 2012

civitas spacelab


video civitas spacelab

Nama    : Lidia Simanjuntak
Kel         : 18
Nim        : 21040112130023
REVIEW “JALAN DI LEUWIDAMAR AMBLES DAN LONGSOR”
Menurut saya longsor, banjir dan kerusakan – kerusakan lain bukan merupakan hal yang baru bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari salah satu kejadian di kecamatan Leuwidamar. Ruas jalan yang menjadi penghubung kecamatan di Lebak ambles dan longsor. Kejadian tersebut sudah sering terjadi tiga tahun belakangan ini di daerah tersebut, tetapi tetap saja belum mendapat perbaikan yang intensif. Tentunya kejadian ini, sangat disayangkan masyarakat karena sebagian besar kegiatan masyrakat harus melewati ruas jalan tersebut. Kejadian – kejadian seperti ini sudah sering saya amati terjadi di Indonesia. Bahkan, anak – anak sekolah harus melewati jembatan layang yang cukup curam yang tentunya membahayakan nyawa mereka karena jalan tidak diperbaiki.
Menurut penglihatan saya atas artikel ini yang menjadi salah satu penyebab utama dari tidak diperbaikinya jalan tersebut adalah karena masalah anggaran. Pemerintah daerah maupun pusat sibuk memperdebatkan masalah anggaran dan mengesampingkan keresahan rakyat yang sangat menanti – nantikan perbaikan jalan agar mereka dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasanya. Jika ditelaah dengan seksama, sebenarnya jalan tersebut bisa saja diperbaiki dengan anggaran yang minimal jika pemerintah langsung mengambil tindakan secara langsung menutupi kerusakan jalan yang dimulai dari kerusakan yang kecil. Tetapi, jika keadaanya sudah seperti jalan di Leuwidamar ini, maka sudah pasti anggaran yang dibutuhkan semakin membludak. Selain masalah anggaran, disini juga terlihat faktor lain dari amblesnya jalan di Leuwidamar ini adalah karena struktur jalan yang sudah rentan. Mungkin saja kerentanan jalan tersebut karena pembangunannya yang tidak secara maksimal sehingga menyebabkan jalan tersebut mudah longsor. Faktor – faktor angkutan yang melewati jalan tersebut juga dapat menjadi pemicu semakin rentannya jalan tersebut, apalagi truk – truk pengangkut barang. Keprihatinan pemerintah dan pemimpin – pemimpin daerah sangat dibutuhkan dalam hal – hal seperti ini . Karena, mungkin saja awal amblesnya jalan tersebut karena lubang kecil saja, namun karena dibiarkan begitu saja maka timbullah lubang yang semakin besar dan lama kelamaan akan menyebabkan longsor. Sama seperti ungkapan yang mengatakan bahwa “Kegagalan itu muncul bukan karena batu yang besar, melainkan karena kerikil yang kecil”. Inilah yang selalu saja dihadapi di negara kita ini. Negara ini, terlalu sering mengesampingkan perkara – perkara kecil. Padahal tanpa disadari perkara kecil tersebutlah nantinya yang akan menjadi perkara besar yang tidak dapat dikendalikan dan akhirnya memberi dampak kepada kelangsungan kehidupan masyarakat.
Sejauh saya mengamati keadaan di sekitar saya, tindak lanjut dari pemerintah selalu terkesan lambat terhadap masalah – masalah yang terjadi. Padahal masyarakat pada umumnya selalu berusaha memberikan kontribusinya untuk membantu pembaharuan. Hal itu dapat terlihat dari tindakan masyarakat di sekitar daerah Leuwidamar ini menyumbangkan tenaganya dengan cara berjaga – jaga di sekitar daerah longsor untuk menghindari kecelakaan seperti terjerumus ke dalam jurang longsoran apalagi di bawah jalan tersebut terdapat sungai Cisimeut.  Masyarakat juga membuat tanda – tanda agar masyarakat yang melintas tahu bahwa daerah tersebut rawan kecelakaan. Masyarakat melakukan hal yang seperti dengan tujuan agar pemerintah daerah  segera mengirimkan alat untuk memperbaiki jalan tersebut namun alhasil tidak ada alat berat ataupun pekerja yang dikirimkan kesana.  Kekecewaan tentu muncul dari masyarakat karena pemerintah tidak menanggapi keadaan bahkan simbol – simbol yang telah mereka buat.
Di atas segalanya itu, sebenarnya ada satu hal yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan infrastruktur yang baik. Sebuah perencanaan yang matang tentunya dibutuhkan setiap wilayah agar wilayah tersebut terbentuk dengan baik. Dengan perencanaan juga tentunya akan tercipta suatu konsep pembangunan, sehingga konsep tersebut dapat meningkatkan kualitas tata ruang. Disinilah dibutuhkan planner – planner yang dapat menata ruang kehidupan sehingga terkontrol dengan baik. Planner juga dibutuhkan di dalam hal perbaikan jalan di Leuwidamar tersebut. Karena, dengan perencanaan pembangunan yang terarah mungkin bisa membuat jalan tersebut lebih kokoh dan tidak rentan. Tentunya perjalanan planner tersebut juga harus didukung dari berbagai aspek pendidikan, agar tercipta kerjasama menghasilkan tata ruang yang lebih berkualitas.
  SUMBER           : KOMPAS, KAMIS, 01 MARET 2012


Saturday, September 15, 2012

Krisis Air di Kota


Dapot Andri A.
21040112140025
Menurut saya sendiri artikel ini sangat bagus dimana artikel ini sendiri membahasa mengenai krisis air yang terjadi di kota. Selain daripada itu sang penulis juga menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi di negaranya yaitu Jepang dimana banyak sekali yang mereka lakukan mulai dari penampungan air di atap rumah bahkan sampai atap di gedung-gedung pemerintahan. Selain daripada itu juga kita harus mengerti mengenai keperluan air bersih di kota. Dengan mengetahui keperluan air bersih di kota maka masalah ini tidak akan terjadi. Kita juga harus dapat membagi kerperluan air yang kita konsumsi, Di Indonesia sedang melakukan perbaikan dan pembenahan mengenai air bersih. Di Indonesia sendiri telah dibuat beberapa solusi salah satunya sumur resapan. Tapi kekhawatiran atas sumur resapan sendiri ada dimana dikhawatirkan pH yang ada merupakan asam karena aktivitas pabrik di kota. Selain daripada itu artikel ini sangat membantu untuk menyelesaikan masalah krissi air di kota. Saya sendiri merasa tertarik untuk menyelesaikannya. Sumber: Lubis, Rachmat Fajar. www.geotek.lipi.go.id?p=652 2009

Perencanaan Kota Semakin Tambal Sulam

Rike Selfiana 21040112060028

Bencana Longsor Akan Ancam Ambon


Mila Wijayanti
AMBON--MICOM: Ancaman longsor di Kota Ambon sangat nyata. Selama periode 1 Januari hingga 4 Agustus 2012 jumlah korban meninggal akibat bencana di Maluku 110 orang. DR Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mencatat 33 orang meninggal akibat banjir dan longsor. Tiga orang akibat puting beliung, 69 orang akibat kecelakaan laut dan 5 orang kena demam berdarah. Dari 33 orang meninggal karena longsor dan banjir tersebut, di antaranya longsor pada 19 Juni 2012 di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon yang menyebabkan 11 orang meninggal, dan banjir dan longsor pada 1 Agustus 2012 dengan korban 10 orang meninggal. Topografi dan geomorfologi Kota Ambon merupakan bagian kepulauan Maluku dari pulau-pulau busur vulkanis. Sebagian besar berbukit dan berlereng terjal. Sebanyak 73% luas wilayah berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% wilayah daratan yang datar/landai dengan kemiringan kurang dari 20%. Masyarakat memilih hunian pada daerah lereng/perbukitan karena daerah datar sudah terbatas dan mahal. Berkembangnya permukiman di kota juga dipengaruhi bertambahnya pendatang baru dari masyarakat dari kabupaten/kota lain di wilayah Maluku yang menetap di kota ini karena terkait dengan pendidikan, ekonomi dan lainnya. (sumber : Media Indonesia ) Critical review : Menurut saya Pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan ketersediaan lahan yang murah, masyarakat cenderung membangun ke arah perbukitan yang rawan longsor. ditambah lagi dengan banyaknya gempa bumi di sekitar Maluku menyebabkan konsolidasi struktur tanah melemah. Juga intensitas hujan di Maluku yang terus meningkat. Maka longsor akan mudah terjadi. menurut saya harusnya pemda menjadikan penanggulangan bencana menjadi salah satu prioritas pembangunan. Karena pembangunan harus memperhatikan bagaimana keadaan lingkungan sekitar dan ekonomi serta kebudayaan masyarakatnya sangat menentukan terbentuknya suatu kota dengan tatanan yang teratur,rapi dan nyaman. Dari sektor ekonomi harusnya pemerintah meingkatkan anggaran untuk penanggulangan bencana di daerah. Sebab masih terbatas. Tahun 2012 dana untuk penanggulangan bencana di BPBD hanya Rp662 juta dari total APBD Maluku yang Rp1,1 triliun atau hanya 0,06 %. Sementara dari segi geografis daerah rawan bencana di Maluku adalah Sebanyak 73% luas wilayah berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% wilayah daratan yang datar/landai dengan kemiringan kurang dari 20%. Untuk itu pemerintah harus memikirkan bagaimana planning kedepan agar daerah di Maluku bisa terbangun dengan baik meski didaerah perbukitan dan meminimalkan resiko bencana,sehingga dana dari pemerintah tentang bencana dapat digunakan secara maksimal.